Pengertian Pendidikan Dan Perguruan tinggi
Pengertian
Pendidikan Tinggi Menurut Para Ahli
Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dan dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.
Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi.
Gelar akademik, profesi, atau vokasi hanya digunakan oleh lulusan dari perguruan tinggi yang dinyatakan berhak memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi.
Penggunaan gelar akademik, profesi, atau vokasi lulusan perguruan tinggi hanya dibenarkan dalam bentuk dan singkatan yang diterima dari perguruan tinggi yang bersangkutan.
Dari pengertian di atas kiranya kita harus paham dengan benar apa sesungguhnya makna dan pengertian yang sebenarnya dari pendidikan sendiri..
Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata “didik” dan mendapat imbuhan “pe” dan akhiran “an”, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik.
Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dari pengertian di atas turut mengundang beberapa ahli untuk mengungkapkan pendapatnya, meliputi sebagai berikut:
1. Pengertian pendidikan menurut Prof. Dr. John Dewey
pendidikan adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan adalah pertumbuhan, pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam perkembangan seseorang.
2. Pengertian pendidikan menurut Prof. H. Mahmud Yunus
pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia, serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
3. Pengertian pendidikan menurut Prof. Herman H. Horn
pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisk dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemauan dari manusia.
4. Pengertian pendidikan menurut M.J. Langeveld
pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.
Faktor yang mempengaruhi pendidikan menurut Hasbullah (2001) adalah sebagai berikut :
1. Ideologi
Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan pendidikan.
2. Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan seseorang mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
3. Sosial Budaya
Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya.
4. Perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK menuntut untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilan agar tidak kalah dengan negara maju.
5. Psikologi
Konseptual pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih bernilai.
Pendidikan dan Peran Perguruan Tinggi
1.
PENDIDIKAN
Kata pendidikan merupakan
istilah yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat umum dengan
konteks pemahaman yang bervariasi, dari yang abstrak sampai dengan yang
kongkrit praktis. Hal ini terjadi karena operasionlisasi pendidikan sebagai
suatu konsep yang kurang menyeluruh ditambah dengan praktek-praktek pendidikan
yang terdefinisikan secara sempit misalnya mempadankan pendidikan dengan sekolah
atau lembaga-lembaga lainnya yang dianggap sejenis.
Semua itu pada dasarnya
menggambarkan proses evolusi perubahan pemaknaan tentang suatu konsep
seiring dengan perubahan sosial budaya yang terus berlangsung. Terdapat banyak
pengertian pendidikan dengan titik tekan yang berbeda meski mengacu pada
esensi yang sama, berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi :
- .Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa (J.J. Rousseau)
- Pendidikan merupakan usaha manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa kearah kedewasaan (M.J. Lengeveld)
- Pendidikan adalah usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk suatu kehidupan yang bermakna (Theodore M. Greene)
- Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak iatu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Ki Hajar Dewantara)
- Pendidikan itu adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu memikul tanggung jawab moril dari segala perbuatannya (Soegarda Poerbakawatja)
- Pendidikan ialah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani (Driyarkara)
- Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia (John Dewey)
- Pendidikan sebagai the art and process of imparting or acquiring knowledge and habit through instructional as study (Joe Park)
- Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang (UU No 2 tahun 1989)
Bila melihat pengertian pengertian
pendidikan sebagaimana dikemukakan di atas nampak bahwa para akhli cenderung
mengartikan pendidikan dalam maknanya yang abstrak, dan cenderung bersifat
filosofis, sehingga sulit dilakukan pengukuran-pengukuran yang obyektif atas
keberhasilannya, hal ini berakibat pada timbulnya konteroversi dalam
melihat tentang keberhasilan suatu pendidikan.
Namun demikian dalam aplikasinya
pemaknaan pendidikan lebih berkecenderungan pada dimensi pengajaran atau
pembelajaran yang secara pragmatis lebih dipersempit lagi pada lembaga seperti
sekolah atau bentuk lain yang setara. Keadaan ini memang cukup memprihatinkan,
tapi itulah fakta persepsi social tentang pendidikan.
Diakui atau tidak, memang dikalangan
akademisi pun kecenderungan itu bukan tidak ada, tapi paling tidak hal
tersebut diharapkan dapat mendorong para akhli untuk mengkaji tentang masalah
proses pembelajaran yang dilakukan dalam lembaga pendidikan baik pendidikan
sekolah maupun luar sekolah. Perkebangan belakang ini dalam bidang
pendidikan nampaknya mengacu pada empat pilar pendidikan UNESCO
yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan
learning to live together.
Oleh karena itu
pengelolaan/manajemen pembelajaran juga perlu mengakomodasikan semua
kecenderungan tersebut, megingat proses pembelajaran dengan seluruh aspek dan
dimensinya merupakan inti dari proses pendidikan, dan keberhasilan dalam
pengelolaannya merupakan salahsatu indicator penting pencapaian tujuan
pendidikan. Namun demikian, kenyataan tersebut (akibat pemahaman
pendidikan yang cenderung menyempit) harus dipandang sebagai bagian dari suatu
unsur penting dalam konstelasi dan proses pendidikan yang punya cakupan luas,
baik dalam dimensi ataupun substansi, yang dapat terjadi dalam suatu lembaga
pendidikan termasuk Perguruan Tinggi, karena dimasa datang nampaknya peran
Perguruan Tinggi tidak bisa hanya bertumpu pada proses pembelajaran
terstruktur.
·
PERAN
PERGURUAN TINGGI
Lingkungan Perguruan Tinggi
dimanapun berada, sedang mengalami perubahan yang sangat cepat, secara
global perubahan terlihat dalam bentuk berkembangnya masyarakat informasi yang
berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam situasi yang demikian penguasaan
ilmu pengetahuan oleh individu dan atau organisasi akan menjadi prasyarat dan
modal dasar bagi upaya pengembangan diri dan organisasi dalam situasi yang
makin kompetitif.
Dalam masyarakat yang demikian
setiap orang dan atau organisasi terpaksa dan dipaksa untuk selalu
memperbaharui pengetahuan dan keterampilan jika ingin tetap hidup dan
berkembang. Keadaan yang demikian menurut Prof. Sularso, Guru Besar ITB,
disebabkan oleh cepatnya perubahan kebutuhan kompetensi perorangan maupun
organisasi dalam dunia yang penuh perubahan dan persaingan.
Kondisi yang demikian merlukan
respon proaktif dari seluruh lapisan masyarakat, terlebih-lebih lagi Perguruan
Tinggi sebagai center of excellence jelas harus melakukan repositiong
dalam konteks lingkungan eksternal melalui upaya restructuring internal
yang terencana dengan baik (well-planned), dilaksanakan dengan baik
(well-actuated), dan dievaluasi dengan baik secara berkesinambungan (well
evaluated/controlled) dalam bingkai semangat continous updating.
Lebih jauh, perubahan-perubahan
cepat yang terjadi di masyarakat perlu disikapi secara tepat dengan melakukan
refleksi mendalam tentang apa peran Perguruan Tinggi yang telah dimainkan
sekarang ini ?, serta bagaimana kemungkinan peran tersebut di masa datang ?,
untuk menjawab hal ini nampaknya diperlukan suatu analisis mendalam tentang
kondisi aktual serta analisis prediktif tentang kemungkinan-kemungkinan peran
di masa datang dengan memahami trend yang sedang terjadi, dengan kata lain
analisis situasi yang bisa menjelaskan sejarah masa depan, hal ini jelas sangat
penting agar peran Perguruan Tinggi dapat tetap terjaga meski hal ini mungkin
menuntut perubahan posisi keberadaannya dibanding sekarang.
Dari sudut pandang filosofis,
Perkembangan Iptek yang sangat cepat, telah makin mengokohkan faham pemikiran
Pragmatisme-utilitarianisme, dimana segala sesuatu cenderung dilihat daru sudut
manfaat dan kegunaan praktis bagi kehidupan, keadaan ini telah mengakibatkan
pemahaman dan orientasi pendidikan mengalami pragmatisasi, dimana sebelumnya
pendidikan lebih dilihat secara ideal sebagai upaya untuk mendewasakan manusia
melalui tranmission of culture, value, and Norm tanpa atau kurang
memperhatikan dampak praktisnya atau lebih khusus dampak ekonomi bagi kehidupan
masyarakat.
Keadaan yang demikian menjadikan
tuntutan masyarakat terhadap pendidikan/lembaga pendidikan termasuk Perguruan
Tinggi mengalami pergeseran dari tuntutan yang sifatnya idealis ke arah
tuntutan yang lebih praktis-pragmatis. Namun demikian nampaknya akan sangat
bijak apabila pergeseran tersebut dilihat sebagai gerak bandul dengan dua
ujung, dimana yang satu sama sekali tidak menafikan yang lain, idealisme tidak
dianggap sebagai pengekang pragmatisme, dan pragmatisme tidak dianggak akan
menghapus pemahaman ideal tentang pendidikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dimensi
ekonomi dewasa ini telah mendominasi tuntutan masyarakat terhadap dunia
pendidikan, lembaga pendidikan yang lulusannya mudah mendapat pekerjaan sangat
diminati, hal ini bukan sesuatu yang salah bahkan sangat rasional, namun
Lembaga pendidikan perlu mensikapinya dengan tepat, sebab pertimbangan
masyarakat bertumpu pada dimensi sekarang dan kekinian dengan lingkup parsial,
sedangkan Lembaga pendidikan mesti mempertimbangkan juga dimensi kenantian
sehingga lebih bersifat holistik.
Untuk mengantisipasi dan merespon
hal tersebut di atas, diperlukan upaya-upaya untuk memampukan Perguruan Tinggi
menjadi pelopor dalam pembinaan dan pengembangan Sumberdaya manusia yang
terintegrasi guna memenuhi (1) kebutuhan warga masyarakat yang berorientasi
ideal atas pendidikan, melalui penciptaan lingkungan yang kondusif bagi
tumbuhnya spirit akademik yang dinamis, serta dapat menjadi wahana sosialisasi
nilai-nilai, norma, dan sikap mandiri, dan (2) kebutuhan masayarakat yang
berorientasi pragmatis melalui kesiapan mendidik manusia yang dapat terserap
oleh dunia usaha sesuai spesifikasinya masing-masing.
Semua itu secra fundamental akan
berpengaruh pada bagaimana proses pembelajaran di Perguruan Tinggi
diselenggarakan, dan untuk ketepatan merespon maka pemahaman mengenai trend
modus Pembelajaran perlu dicermati agar Pendidikan di Perguruan Tinggi dapat
tetap berperan dan mampu menjangkau berbagai kelompok masyarakat yang
membutuhkannya.
·
Perkembangan Modus Pembelajaran
Belakangan ini modus atau cara
pembelajaran nampak telah banyak mengalami pergeseran/perubahan sebagai akibat
dari perkembangan teknologi yang memungkinkan penggunaan cara-cara baru dalam
pembelajaran, terlebih lagi dengan makin intensnya Dunia Usaha menyelenggarakan
pembinaan dan peningkatan kemampuan profesional Sumberdaya manusia yang
dimilikinya. Adapun trend pembelajaran yang terjadi menurut Sularso
dapat diidentifikasi dari fenomena berikut :
- Globalisasi Pembelajaran
- Desentralisasi fungsi pembelajaran
- Pembelajaran seumur hidup
Globalisasi pembelajaran terjadi
akibat perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi yang sangat cepat,
sumber-sumber belajar menjadi sangat terdistribusi, banyak orang dapat
mengakses sumber-sumber pengetahuan secara interaktif melalui jaringan
internet, disamping itu para pakar secara individu maupun organisasi dapat
menjual kepakarannya dalam paket-paket pembelajaran tanpa perlu tatap muka
secara langsung. Keadaan ini jelas berakibat makin terdesentralisasinya fungsi
pembelajaran, lembaga pendidikan formal termasuk perguruan Tinggi tidak lagi
menjadi satu-satunya sumber pengetahuan, bahkan kalangan industri/dunia usaha
pun banyak melakukan kegiatan pembelajaran dengan sangat profesional sesuai
dengan berkembangnya keperluan menciptakan Learning organization
Keadaan tersebut menjadikan Lembaga
Pendidikan (baca Perguruan Tinggi) menghadapi kompetitor yang tangguh,
mengingat pesatnya kemajuan yang terjadi telah menumbuhkan kesadaran perlunya
belajar secara terus menerus, sebab jika tidak maka keusangan akan menjadi
konsekwensi nyata dan format-format pendidikan reguler yang diselenggarakan
hanya secara konvensional akan mudah ketinggalan mengingat pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
.
·
Mendinamiskan
Praktek pembelajaran
Trend pembelajaran sebagaimana
diungkapkan di atas, nampaknya perlu direspon dengan tepat, meski perlu segera disadari
bahwa ketepatan respon perlu juga memperhatikan local genius sebagai ibu
dimana Perguruan Tinggi/lembaga pendidikan itu berada (ini sesuai dengan
faham post-modernisme yang salah satu prinsipnya adalah deconstructionisme).
Namun yang jelas upaya-upaya untuk terus mendinamiskan proses pembelajaran
merupakan suatu keharusan meskipun banyak sekali variabel kendala yang mesti
diatasi guna mencapai variabel tujuan yakni kemampuan lembaga
pendidikan/Perguruan Tinggi untuk tetap berperan dan tetap dapat menjadi
leading sector dalam kehidupan manusia.
Dalam hubungan ini apa yang telah
dilakukan di Amerika (tidak harus diikuti tapi perlu difikirkan dan dianalisis
kemungkinannya) yang menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran (The seven
principles for good practice in undergraduate education) dimana Lembaga
Pendidikan/Perguruan tinggi dalam proses pembelajaran sebaiknya
mempertimbangkan seven principles yaitu :
- mendorong kontak antara mahasiswa dan dosen (di luar kelas)
- mendorong kerjasama antar mahasiswa
- mendorong belajar aktif
- memberikan umpan balik segera
- menekankan waktu dan tugas
- mengkomunikasikan ekspektasi tinggi
- menghormati bakat yang berbeda-beda
prinsip-prinsip tersebut memang
tidak dapat dianggap formula jitu dalam mendinamisasikan proses pembelajaran
dan pendidikan pada umumnya namun paling tidak sebagai bahan untuk
dipertimbangkan nampaknya sangat perlu
.
·
Pendapat saya bisa mendapat
pendidikan perguruan tinggi
Pertama-tama saya bersyukur kepada
allah swt karena telah di beri nikmat sehat dan iman ketakwaan.Yang kedua saya
berterima kasih kepada kedua orang tua saya yang telah membesarkan saya dari
kecil hingga sekarang ini.Ya Alhamdulillah sekali saya bisa merasakan
pendidikan perguruan tinggi karena pada
dasarnya pendidikan itu sangat penting bagi diri sendiri dan masyarakat.walau
banyak orang diluar sana ingin merasakan pendidikan perguruan tinggi tapi
ekonomi tidak mendukung.
Komentar
Posting Komentar