studi kasus mengenai pertentangan dalam masyarakat
10 KONFLIK DI INDONESIA DAN CARA
PENYELESAIANNYA
1.
Konflik yang terjadi antar individu dan kelompok.
Sebagai contoh, misalnya perbedaan
kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan
sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga
harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menebang pohon-pohon karena dianggap sebagai
penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para
pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna
mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan,
hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas
terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya
sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat
perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok
atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh
dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya.
Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan
pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta
volume usaha mereka.
Bagaimana
cara penyelesaian konflik
Penyeselaian dari konflik antar
individu dan kelompok adalah dengan cara timbulkan dalam diri masing rasa
saling menghormati, menghargai dan rasa toleransi yang bisa menghindarkan
kita dari permasalahan yang menyebabkan terjadinya suatu konflik. Tetapi
bagaimana jika suatu konflik itu terjadi antara kelompok dan kelompok? Untuk
menyelesaikannya kita perlu tahu dan paham akan permasalahan yang sedang
dipermasalahkan, dan kita harus punya strategi untuk menyiasati sebuah konflik.
Strategi
dalam menyiasati konflik
·
Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan
jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika
potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya.
Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang
berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam
konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil
waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”.
·
Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain
untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut
penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan
memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang
menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan
menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
·
Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya
bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding
yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda.
Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang
penting untuk alasan-alasan keamanan.
·
Kompromi atau
Negosiasi
Masing-masing memberikan dan
menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima,
serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
·
Memecahkan
Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana
individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama. Perlu adanya satu
komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling
memperhatikan satu sama lainnya.
·
Netralisasi
Sikap
Bahwa sikap memihak pada salah
seorang atau golongan yang sedang berselisih akan mempertajam perselisihan
konflik tersebut. Maka sikap yang paling tepat adalah netral atau tidak
memihak dan bahkan diusahakan untuk menjadi mediator di dalam mengatasi konflik
tersebut.
·
Mengubah
Sikap
Kemungkinan terjadinya konflik dapat
disebabkan oleh sikap salah seorang anggota kelompok atau organisasi yang
dirasa tidak tepat oleh anggota/kelompok lain. Jika hal ini terjadi maka kita
harus cepat dan tanggap untuk mengubah sikap kita.
·
Mengurangi
Perbedaan Yang Ada
Salah satu penyebab terjadinya
konflik adalah karena adanya perbedaan pandangan atau kepentingan diantara
anggota organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu kita harus berupaya untuk
mengurangi adanya perbedaan-perbedaan tersebut, dan bahkan sedapat mungkin
mengubah perbedaan tersebut menjadi sinergi yang akan mendorong tercapainya
tujuan organisasi.
·
Memecahkan
Masalah Bersama-sama
Suatu masalah akan dapat diatasi
dengan baik, jika semua elemen atau pihak yang berada dalam organisasi tersebut
dilibatkan dan berpartisipasi untuk mengatasi permasalahan atau konflik yang
terjadi. Oleh karena itu kita harus menghindari terjadinya konflik di tempat
kerja, bahkan indikasi konflik hendaknya diusahakan untuk diubah menjadi kerja
sama
2.
Konflik anak-anak yang putus sekolah dikarenakan membantu orang tuanya.
Banyak anak usia wajib belajar yang
putus sekolah karena harus bekerja. Kondisi itu harusnya menjadi perhatian
pemerintah karena anak usia wajib belajar mesti menyelesaikan pendidikan SD-SMP
bahkan SMA tanpa hambatan termasuk persoalan biaya. Berdasarkan data survei
yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik pada 2006 bahwa tercatat anak usia
10-17 tahun telah menjadi pekerja sebanyak 2,8 juta anak. Dari hasil studi
anak, ditemukan bahwa anak-anak usia 9-15 tahun terlibat dengan berbagai jenis
pekerjaan yang berakibat buruk terhadap kesehatan fisik, mental, emosional dan
seks.
Awalnya mereka hanya sekedar membantu
orang tua, tetapi kemudian terjebak menjadi pekerja permanen lalu sering bolos
sekolah dan akhirnya putus sekolah.
Solusi untuk cara penanganannya :
Bagi anak-anak miskin, Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) saja belum cukup. Semestinya pemerintah serta pihak
sekolah memikirkan untuk memberikan beasiswa tambahan untuk pembelian seragam
dan alat tulis serta biaya transportasi dari rumah ke sekolah agar anak-anak
usia wajib belajar tidak terbebani dengan biaya pendidikan dan pada akhirnya
harus kehilangan kesempatan untuk menggali ilmu dan harus meninggalkan dunia
sekolah untuk bekerja.
3.
Konflik tawuran antar pelajar
Perkelahian atau yang sering disebut
tawuran sering sekali terjadi diantara pelajar. Bahkan bukan hanya pelajar SMA.
tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa
berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja. Terlihat dari tahun ke tahun
jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Tawuran yang terjadi apabila
dapat dikatakan hampir setiap bulan, minggu, bahkan mungkin hari selalu terjadi
antar pelajar yang kadang-kadang berujung dengan hilangnya satu nyawa pelajar
secara sia-sia. Pelajar yang seharusnya menimba ilmu di sekolah untuk bekal
mass depan yang lebih baik menjadi penerus bangsa malah berkeliaran diluar dan
melakukan hal-hal yang dapat berakibat fatal.
Menurut saya, yang harusnya patut
dipertanyakan tentang tanggung jawab itu yaitu pihak keluarga mereka masing-masing.
Salah satu faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar ialah
ketidakmampuan orangtua menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya dalam
mendidik dan melindungi anak. Padahal, dalam Undang-Undang Perlindungan Anak
(UUPA) pasal 26 ayat 1 telah ditegaskan bahwa orangtua berkewajiban dalam
melindungi anak, baik dalam hal mengasuh, memelihara, mendidik, melindungi,
maupun mengembangkan bakat anak. Menyalahkan pihak sekolah atas terjadinya
tawuran merupakan sasarann yang kurang tepat karena mungkin pihak sekolah
bukannya seperti menutup mata atas apa yang terjadi pada anak didiknya, tapi
semua itu karena terbatasnya kewajiban mereka sebagai pendidik, yang secara
tidak langsung dapat dikatakan pihak sekolah tidak dapat selalu memantau apa
yang terjadi di luar sekolah karena banyaknya anak-anak yang harus mereka
pantau.
Dalam pandangan psikologi, setiap
perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan didalam diri indivudu (sering
disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu
pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4
faktor psikologis mengapa seorang pelajar/remaja terlibat perkelahian(tawuran).
Solusi untuk penanganannya:
Berikut ini merupakan beberapa
solusi yang dapat digunakan untuk menangani konflik mengenai tawuran antar
pelajar yang sering terjadi di Indonesia.
a.
Para siswa
wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak akan selesai jika
cara penyelesaiannya menggunakan kekerasan.
b.
Melakukan
komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk mengajarkan
cinta kasih.
c.
Pengajaran
ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang dan
bukan untuk menyakiti orang lain.
d.
Ajarkan ilmu
sosial budaya karena sangan bermanfaat untuk pelajar khususnya agar tidak salah
menempatkan diri di lingkungan masyarakat.
e.
Bagi para
orang tua, mulailah belajar jadi sahabat untuk anak-anaknya.
f.
Dibuatnya
sekolah khusus dalam lingkungan penuh disiplin dan ketertiban bagi mereka yang
terlibat tawuran.
g.
Perbanyak
kegiatan ekstrakulikuler atau organisasi yang terdapat di sekolah.
h.
Diadakannya
pengembangan bakat dan minat pelajar.
i.
Diberikannya
pendidikan agama sejak usia dini,
j.
Boarding
school (sekolah berasrama).
4. Konflik Intrapersonal
Setiap manusia adalah individu yang
unik. Artinya, setiap orang memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda
satu dengan lainnya. Kebutuhan dan kepentingan akan suatu hal yang nyata dalam
hidupnya inilah yang menjadi factor penyebab konflik. Karena, dalam menjalani
hidup , seseorang harus dihadapkan pada dua pilihan yang pada akhirnya harus
menentukan salah satu di antaranya yang sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingannya.
Sebagai contoh, misalnya salah satu
anggota dari kelompok kami yang bernama Muhamril Diapari, kita sebut saja Aril.
Dia membutuhkan sebuah laptop dengan kualitas yang terbaik tentunya dengan
harga yang terjangkau, sesuai dengan keuangan yang Dia miliki sekarang. Namun,
setelah dia melihat referensi penjualan laptop di internet, Dia menemukan dua
pilihan laptop, yang pertama ada Asus dengan performa dan kualitas yang bagus
tetapi dengan harga yang mahal, kedua ada Acer dengan performa dan kualitas
yang kurang bagus dan tentunya dengan harga yang lebih murah. Disini, Aril
mengalami kegalauan Dia harus memilih salah satu dari kedua produk tersebut,
apabila Aril memilih Asus Dia akan mendapatkan laptop yang sesuai dengan
keinginanya tetapi budget yang dia miliki tidak memungkinkan dan apabila Aril
memilih Acer dia bisa langsung membelinya tetapi, keinginan dia untuk
mendapatkan laptop dengan kualitas terbaik tidak dapat terpenuhi. Apa yang
harus Aril lakukan? Disini, kita akan membantu Aril dengan memberikan solusi
dan analisis dari konflik yang sedang dihadapinya.
Solusinya, mengatasi dan
menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu hal yang mudah. Cepat tidaknya suatu
konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan individu yang
bersangkutan untuk menyelesaikan konflik secara efektif. Atur dan
rencanakan kembali keuangan untuk beberapa waktu kedepan, sampai uang yang
dimiliki sudah cukup untuk mendapatkan laptop dengan kualitas yang terbaik.
Analisisnya, menurut bentuk – bentuk
konflik, konflik ini termasuk ke dalam konflik pendekatan-pendekatan, dimana
seseorang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik. Sedangkan,
Menurut metode konflik intrapersonal konflik ini perlu diselesaikan dengan
adanya kesabaran untuk mendapatkan kualitas laptop yang baik sesuai dengan yang
diharapkan. Setiap keputusan untuk memilih dua hal yang sama-sama menarik harus
di pikirkan terlebih dahulu secara matang, tentunya dengan perencanaan yang
telah di buat. Karena tanpa di pikirkan terlebih dahulu, dan langsung mengambil
tindakan maka kita harus siap dengan konsekuensinya, dan diperkirakan kita
tidak akan mendapatkan barang atau pilihan yang sesuai dengan keinginan kita.
Konflik yang diatur dan ditata secara baik dapat menjadi sebuah keuntungan,
disinilah kita harus memenejemenkan sebuah konflik, agar konflik tersebut
berakhir menjadi sebuah keberutungan, bukan malah menjadi sebuah keburukan
5. Konflik Antar
Negara
No
|
Permasalahan
|
Negara lain yang terlibat
|
Penyelesaian
|
1
|
Kasus Ambalat
|
Malaysia
|
Melakukan pertemuan liberal guna membahas masalah
dengan perundingan, dan memutuskan Pulau Ambalat tetap sebagai wlayah NKRI
|
2
|
Kasus Wilayah Camar Bulan dan Tanjung Datuk
|
Malaysia
|
Melalui pertemuan Indonesia – Malaysia di Semarang
pada tahun 1978, memutuskan wilayah Camar Bulan dan Tanjung Datuk menjadi
bagian dari wilayah Malaysia
|
3
|
Kasus Pulau Simakau
|
Singapura
|
Melakukan klarifikasi bahwa pulau yang dimaksud
adalah pulau Simakau milik Singapura. Jadi, terdapat dua pulau yang bernama
sama yang dimiliki Indonesia dan Singapura
|
4
|
Kasus Pulau Batik
|
Timor Leste
|
Pemangku adat antara wilayah Perbatasan Amyoung dan
Ambenu, ingin menyelesaikan titik batas dan meminta izin pemerintah pusat
untuk memfasilitasi tersebut. Kedua Negara belum diperbolehkan beraktivitas
di daerah perbatasan tersebut
|
5
|
Kasus Pulau Miangas
|
Filiphina
|
Dinyatakan lebih lanjut dalam protocol perjanjian
ekstradisi Indonesia – Filiphina mengenai defisi wilayah Indonesia yang
menegaskan Pulau Miangas adalah Milik Indonesia atas dasar putusan Mahkamah
Arbitrase Internasional 4 April 1928
|
6
|
Kasus Pulau Nipa
|
Singapura
|
Kementrian Pertahanan Mengkampanyekan Untuk
Mereklamasi Pulau Nipa karena pada tahun 2004 sampai 2008 penduduk menjual
pasir pantai Pulau Nipa kepada Singapura. Langkah KemHan ini menghabiskan
dana lebih dari 300 Milyar Rupiah.
|
6. Konflik antar
suku di Tarakan, Kalimantan Timur
Kota Tarakan yang terkenal dengan nama “Bumi Paguntaka”
memiliki karakteristik masyarakat yang majemuk, karena terdiri atas sejumlah
suku bangsa dan etnis yang hidup saling berdampingan dalam suasana kebudayaan
umum-lokal, namun tetap mempertahankan identitas sosial-budayanya. Penduduk
asli Kota Tarakan itu sendiri adalah suku Tidung, yang wilayah aslinya berada
di bagian utara Kaltim dan Sabah (Malaysia). Namun kemajemukan masyarakat di
Kota Tarakan, menimbulkan dampak negatif, salah satunya konflik antar etnis
yang berbeda pada tanggal 26 September 2010. Kerusuhan ini bermula dari kisruh
dua orang. Tapi berlanjut menjadi konflik dua etnis dengan perang terbuka dan
korban tewas jatuh dari kedua belah pihak. Persoalan bukan antar suku tapi
sebagai individu. Konflik di Tarakan terjadi antara 2 kelompok warga. Akibat
peristiwa itu seorang warga, Abdullah (50), tewas terkena tusukan senjata
tajam. Sebanyak 9 warga lainnya diamankan Polres Tarakan. Peristiwa itu dipicu
perselisihan antar 2 kelompok anak muda yang berujung bentrok ratusan orang
warga dimana telah terjadi penyerangan ke pemukiman di Tidung kota Tarakan.
Massa yang datang menyerbu masuk dari arah pantai, daerah Selumit lalu menyerbu
ke pemukiman warga.
Di daerah Selumit dijaga ketat petugas Garnisun dan TNI
Angkatan Laut. Kota Tarakan lumpuh total. Toko-toko, rumah, pusat perbelanjaan
ditutup. Warga ketakutan karena bentrok kembali terjadi dan dikhawatirkan
meluas. Ribuan pengungsi korban konflik etnis di Tarakan terus memadati markas
TNI .Mereka tersebar antara lain di Markas Batalion Infanteri 163/Raja Alam,
Markas TNI Angkatan Udara, dan Markas TNI Angkatan Laut. Selain juga di
kantor-kantor Polri seperti Mapolsek, Mapolres, dan Kantor unit satuan lantas
Polres Tarakan. Pada konflik tersebut, resolusi konflik terjadi setelah semua
pihak terutama para Muspida dan tokoh masyarakat melakukan pertemuan. Gubernur
Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak beserta sejumlah pejabat pemerintahan,
berhasil mendamaikan dua kelompok warga yang bertikai di Tarakan. Kesepakatan
damai itu tercapai dalam suatu pertemuan yang dilaksanakan di ruangan rapat VIP
Bandara Internasional Juwata. Dalam kesepakatan tersebut, Fokum Komunikasi
Rumpun Tidung (FKRT) bertindak sebagai pihak pertama dan Kerukunan Keluarga
Sulawesi Selatan (KKSS) sebagai pihak kedua, menyepakati sepuluh butir
perdamaian. Dalam perundingan kesepakatan tersebut ditandatangani oleh Yancong
mewakili KKSS dan Sabirin Sanyong mewakili FKRT. Inti kesepakatan adalah kedua
belah pihak mengakhiri segala bentuk pertikaian dan membangun kerjasama
harmonis demi kelanjutan pembangunan Kota Tarakan. Kedua belah pihak memahami
bahwa apa yang terjadi merupakan murni tindak pidana dan merupakan persoalan
individu. Selanjutnya, disepakati pembubaran konsentrasi massa di semua tempat,
sekaligus melarang dan atau mencegah penggunaan senjata tajam dan senjata
lainnya di tempat-tempat umum. Selain itu, masyarakat yang berasal dari luar
Kota Tarakan yang berniat membantu penyelesaian perselisihan agar segera
kembali ke daerah masing-masing selambat-lambatnya 1 kali 24 jam. Sedangkan
para pengungsi di semua lokasi akan dipulangkan ke rumah masing-masing,
difasilitasi Pemkot Tarakan dan aparat keamanan. Apabila kesepakatan damai
dilanggar, aparat akan mengambil tindakan tegas sesuai perundang-undangan. Usai
penandatangan kesepakatan, seluruh pihak yang terlibat langsung melakukan
sosialisasi ke kelompok yang bertikai .
Analisa Kasus
Jika dilakukan analisa yang mendalam mengenai resolusi
konflik pada kasus kerusuhan Tarakan ini, maka kita akan melihat bagaimana
wujud penyelesaian konflik yang dilakukan dengan cara kompromi dan perundingan.
Sebagaimana kita ketahui, manajemen penyelesaian konflik dengan cara ini
merupakan bentuk penyelesaian konflik di mana masing-masing pihak tidak ada
yang menang dan tidak ada yang kalah (neither win-win nor lose-lose approach).
Pihak yang terlibat saling memberik kelonggaran atau konsesi. Kedua pihak
mendapatkan apa yang diinginkan tetapi tidak penuh, dan kehilangan tetapi tidak
seluruhnya. Kesepakatan yang dicapai antara kedua pihak melalui point
kesepahaman dalam butir-butir perundingan tersebut menunjukkan terjadinya
kelonggaran dan konsesi dari para pihak yang berkonflik. Tidak ada pemenang
antara pihak FKRT maupun KKSS.
Selanjutnya, apa yang dilakukan oleh pihak Muspida baik dari
Gubernur Kalimantan Timur, Bupati dan Pemda setempat serta unsur Kepolisian dan
TNI, dalam mempertemukan kedua belah pihak yang bertikai dapat kita simpulkan
bahwa hal tersebut adalah model penyelesaian konflik dalam bentuk Alternative
Dispute Resolution (ADR). Model resolusi konflik ini merupakan cara dimana
terdapat alternatif penyelesaian konflik dengan menggunakan pihak ketiga yang
berperan di sekitar mereka. Bisa dari tokoh masyarakat juga dari aparat dan
pada kasus perdamaian antara FKRT dan KKSS pihak ketiga adalah para Muspida.
Penyelesaian dengan model ini memang tidak menjamin akan terjadinya penuntasan,
karena benih-benih pertikaian sudah terlanjur pecah. Akan tetapi, model
penyelesaian konflik dengan ADR ini merupakan wujud win-win solution yang
paling baik dari diterapkan pada kasus kerusuhan Tarakan ini.
7. Konflik antar
agama (konflik Kabupaten Tolikara)
Konflik di Tolikara sangat menyedihkan dan patut dikecam
sekeras-jerasnya. Pertama, umat Nasrani dari Gidi (Gereja Injili di Indonesia)
menyerang umat Islam yang sedang melaksanakan shalat Idul Fitri 1 Syawal 1436 H
di Markas Korem 1702-11 di Tolikara. Pada hal umat Islam dimanapun tidak pernah
melakukan tindakan bar-bar yang melarang apalagi mengusir umat Nasrani yang
sedang melaksanakan ibadah. Kedua, aparat keamanan sama sekali tidak
antisipatif. Sejatinya antisipatif, karena pimpinan Gidi sudah membuat surat yang
melarang umat Islam melaksanakan shalat Idul Fitri dilapangan dan memasang
pengeras suara. Selain itu, pada saat yang sama, umat Nasrani dari Gidi
melaksanakan kebaktian rohani sekaligus seminar internasional dengan jarak
sekitar 200 meter dari lapangan tempat diselenggarakannya shalat Idul Fitri,
sehingga patut di duga bisa menciptakan konflik horizontal. Ketiga, aparat
intelejen dapat dikatakan tidak bekerja, sehingga kebobolan dan terjadi konflik
yang nyaris memporak-porandakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Keempat, aparat keamanan sama sekali tidak berdaya menghadapi massa Gidi yang
beringas, sehingga leluasa mengusir umat Islam yang sedang melaksanakan shalat
Idul Fitri. Akibatnya mereka lari tunggang langgang menyelamatkan diri dari amukan
massa Gidi. Kelima, ekstrimisme yang selama ini disandangkan kepada umat Islam,
dan dalam banyak kasus menjadi sasaran penyerangan dari Densus 88 dalam
memerangi terorisme, terbukti pada agama lain melakukan hal yang sama, tetapi
treatmentnya berbeda. Ini bisa menimbulkan perasaan tidak adil karena tidak
equal dalam penanganannya.
Permasalahan di Tolikara Tolikara sebagai bagian dari Papua
dan bangsa Indonesia menyimpan banyak permasalahan. Saya menduga paling tidak
ada 5 (lima) masalah besar yang dihadapi masyarakat Tolikara.
Pertama, kurang pendidikan. Merujuk pernyataan Anies
Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada saat buka puasa Kahmi di
rumah dinasnya di Widya Chandra Jakarta Selatan beberapa hari menjelang Idul
Fitri 1436 H bahwa 76 persen pendidikan masyarakat Indonesia hanya tamat SMP ke
bawah, dan hanya 6 persen yang berpendidikan sarjana, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pendidikan masyarakat Tolikara pasti tidak jauh berbeda seperti yang
diungkapkan Menteri Anies Baswedan. Ini masalah besar karena mereka yang
berpendidikan rendah bukan saja mudah disulut untuk konflik, tetapi hampir
dipastikan mereka hidup miskin dan terkebelakang.
Kedua, kesenjangan sosial ekonomi. Konsekuensi logis dari
kurang pendidikan, maka masyarakat asli Tolikara tidak bisa bersaing dalam
bidang ekonomi. Akibatnya pendatang yang pada umumnya Muslim lebih menguasai
ekonomi, sehingga terjadi kesenjangan ekonomi yang kemudian menghadirkan
kecemburuan sosial. Hal tersebut menjadi salah satu pemicu konflik horizontal
di Tolikara.
Ketiga, penjajahan ekonomi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa
di negeri yang kita cintai masih terjadi penjajahan ekonomi. Masyarakat
Tolikara, saya menduga mereka juga merasakan hal itu. Papua yang kekayaan
alamnya luar biasa, tetapi masyarakatnya masih hidup miskin dan terkebelakang.
Jika ada yang memicu, maka mereka segera melampiaskan kemarahan dengan
melakukan konflik seperti konflik Tolikara.
Keempat, ketidak-adilan dalam berbagai bidang. Masyarakat
Tolikara, saya fikir mereka juga merasakan banyaknya ketidakadilan dalam bidang
ekonomi, sosial, hukum dan sebagainya, sehingga mudah disulut untuk melakukan
konflik. Berbagai ketidakadilan merupakan hotspot yang setiap saat bisa
melahirkan konflik horizontal dan vertikal.
Kelima, separatisme. Permasalahan terbesar yang dihadapi di
Tolikara dan Papua ialah adanya agenda memisahkan Papua dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Masalah ini tidak kunjung selesai karena pihak asing
turut bermain untuk mendorong Papua merdeka seperti Timor Timur. Dengan
demikian, konflik Tolikara merupakan akumulasi dari berbagai persoalan yang
dihadapi masyarakat yang selama ini terpendam akibat pendekatan represif.
Solusi
atau penyelesaiannya
Adapun solusi yang ditawarkan untuk mengakhiri secara
permanen konflik Tolikara dan konflik lainnya di Papua.
Pertama, meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan
anak-anak Tolikara dan anak-anak Papua, tidak hanya memberikan kognitif
(kecerdasan) kepada anak didik, tetapi sangat penting menanamkan dan menumbuhkan
afektif kepada anak didik supaya cinta Indonesia, cinta tanah air, cinta
persatuan dan kesatuan, disiplin dan bertanggungjawab. Untuk mewujudkan hal
itu, sangat diperlukan pengiriman tenaga guru sukarela untuk ditugaskan di
Tolikara dan Papua serta daerah-daerah lain diperbatasan Indonesia.
Kedua, dialog, silaturrahim dan social welfare. Untuk
menyelesaikan konflik Tolikara dan Papua, tidak boleh hanya mengedepankan
pendekatan hukum, tetapi amat diperlukan dialog, silaturrahim dan pendekatan
social welfare (kesejahteraan sosial) yang memberdayakan dan memajukan serta
memberi martabat kepada penduduk asli dengan pendatang yang difasilitasi
pemerintah setempat. Dialog dan rembukan dalam berbagai persoalan dibutuhkan
untuk menciptakan understanding (saling pengertian) dan kerjasama untuk
sama-sama maju dan sejahtera bersama.
Ketiga, mewujudkan keadilan ekonomi. Kesenjangan sosial
ekonomi tidak mungkin bisa diwujudkan jika tidak ada special treatment dan
affirmative action terhadap penduduk asli. Mereka harus diberi perlakuan
istimewa dan aksi pemihakan terhadap penduduk asli dalam upaya membangun
keadilan ekonomi.
Keempat, penjajahan ekonomi harus diakhiri dengan mewujudkan
persatuan yang sekuat-kuatnya di kalangan bangsa Indonesia agar tidak mudah
dipecah belah oleh penjajah ekonomi, menumbuhkan kesadaran dikalangan bangsa
Indonesia, menegakkan Tri Sakti Bung Karno, dan hukum di bidang ekonomi.
Kelima, melakukan perundingan dengan kelompok-kelompok
separatis di Tolikara dan Papua untuk menemukan solusi permanen terhadap
Tolikara dan Papua untuk memastikan bahwa Papua selamanya berada dalam pangkuan
NKRI
8.
Konflik golongan
politik
Setelah Indonesia merdeka, konflik politik sudah terjadi
bahkan sejak Ir. Soekarno masih menduduki posisinya sebagai presiden Republik
Indonesia. Perebutan kekuasaan, harta, dan tahta, sangat identik dengan konflik
politik yang terjadi. Begitu pula dengan konflik internal yang sudah dialami
Partai Golkar sejak setelah reformasi. Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya konflik di dalam tubuh Partai Golkar pun tidak jauh-jauh dari
masalah perebutan kekuasaan. Konflik yang terjadi dalam Partai Golkar
melibatkan patinggi-petinggi Partai Golkar itu sendiri yang sama-sama mengklaim
bahwa merekalah yang paling benar. Dalam konflik ini masing-masing pihak lebih
mengutamakan keegoisan merekan untuk berebut kursi sebagai Ketua Umum Partai
Golkar sehingga sulit untuk menemukan jalan keluar meski sudah mengadakan
beberapa kali Perundingan Islah.
Penyelesaiannya
Perundingan islah pertama
dilaksanakan pada tanggal 23 Desember 2014 dengan hasil:
- Sepakat untuk melokalisasi kepengurusan kembar hanya di DPP saja,
- Sepakat untuk menghindari Mahkamah Partai dan Pengadilan,
- Sepakat untuk tidak melakukan penggalangan dukungan,
- Sepakat untuk mendukung pemilihan Kepala Daerah secara langsung,
- Tidak menyepakati posisi Partai Golkar di KMP (Koalisi Merah Putih).
Kemudian perundingan kedua
dilaksanakan pada tanggal 8 Januari 2015 dengan hasil:
- Sepakat dengan sistem pemilihan Kepala Daerah secara langsung,
- Sepakat ingin memenangkan pemilihan umum 2019,
- Sepakat untuk menyerahkan urusan mengenai pemilihan Kepala Daerah kepada masing-masing DPD,
- Sepakat untuk tidak menjatuhkan pemerintahan Presiden Jokowi lima tahun kedepan,
- Tidak menyepakati posisi Partai Golkar di KMP.
Lalu perundingan yang selanjutnya dilaksanakan pada
tanggal 14 Januari 2015 dengan hasil:
- Sepakat merger kepengurusan Partai Golkar,
- Sepakat untuk menerima siapapun yang akan menjadi Ketuan Umum Partai Golkar yang baru,
- Sepakat untuk tidak melahirkan partai baru,
- Untuk sementara abaikan posisi Partai Golkar di KMP
9.
Konflik perbedaan antar individu
Pengertian antar individu merupakan perbedan yang
menyangkut perasaan, pendirian,
pendapat atau ide yagn berkaitan
dengan harga diri, kebanggaan, identitas seseorang.
Contoh konflik yang terjadi:
Konflik yang terjadi: dalam suatu angkutan kendaraan
umum ada warga yang terbiasa merokok, tetapi warga lain tidak terbiasa dengan
asap rokok tersebut. Sehingga ketidaknyamanan merupakan hal yang memicu
konflik.
Sebab terjadinya konflik
Penyebab terjadinya konflik tersebut
dikarenakan adanya perbedaan diantara kedua individu, dimana menyangkut
pendapat menanggapi sesuatu hal.
Dampak konflik
Dampak konflik tersebut diantaranya:
1. Dampak
positif: dapat meningkatkan kesadaran mengenai bahaya rokok
2. Dampak
negatif: timbulnya percekcokan antara penumpang angkutan umum
Cara penyelesaiannya
Diharapkan agar setiap orang
memiliki kesadaran akan bahaya merokoksebab bahaya mempunyai dampak yang besar bagi diri sendiri
dan orang lain.
10. Konflik
perbedaan budaya
Pengertian Perbedaan kebudayaan
merupakan perbedaan mengenai nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh
masyarakat.
Contoh konflik yang terjadi
Konflik yang terjadi:
Seseorang yang dibesarkan dengan budaya orang barat
yang menjunjung tinggi nilai kebebasan bertemu dengan seseorang yang dibesarkan
dengan budaya timur yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan, maka akan
terdapat perbedaan-perbedaan nlai yang dianut oleh kedua belah pihak.
Penyebab terjadinya konflik tersebut
dikarenakan adanya perbedaan nilai diantara kedua belah pihak yang telah mereka
terima sejak keci.
Dampak konflik:
1. dampak
positif: perbedaan pendapat dan perbedaan solusi
2.
dampak
negatif: timbulnya perselisihan
Cara penyelesaiannya:
Hanya diharapkan agar meningkatkan rasa keterbukaan
diri agar dapat menghindari adanya konflik.
Komentar
Posting Komentar